Sunday, January 13, 2008

Yang Aku Khawatirkan

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

Sekali lagi, bahas masalah nikah ya? Mumpung panas, jadi semua ide-ide saya tentang pernikahan bisa saya tumpahkan dari kepala saya. :D

Apa sih yang paling aku khawatirkan dalam sebuah pernikahan? Kebosanan alias Istiqamah.

Kebosanan ini tidak selalu bosan dengan istri, meskipun kebosanan dengan istri juga bisa terjadi.

Mungkin ini bisa menjadi gambaran, dulu kita SD, kemudian SMP, kemudian SMA, trus kuliah. Semuanya merupakan wujud dari usaha belajar. Namun, dalam semua proses belajar tersebut, saya tidak sampai mengalami kebosanan.

Beda dengan proses-proses tersebut yang hanya sekitar 3-6 tahun, maka nikah adalah proses belajar yang paling lama.

Mengapa saya saat ini kepikiran dengan masalah ini? Seperti biasa, kalau orang lain bilang, mungkin saya terlalu jauh mikirnya. Sebenarnya saya sedang menanyakan tentang letak sebuah ayat, yakni surat al-Furqan ayat 74:


Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.


Pertanyaannya. Mengapa, sebuah ayat yang mengajarkan tentang do'a untuk meminta istri dan keturunan yang bisa menjadi penenang hati, berada di tengah-tengah ayat-ayat yang berisi tentang istiqamah dalam hal beramal shalih? Silahkan baca surat al-Furqan ayat 70-76.


kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. {70}

Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. {71}

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. {72}

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta. {73}

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." {74}

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, {75}

mereka kekal di dalamnya. Syurga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. {76}


Sampai saat ini yang bisa saya tangkap dari ayat-ayat tersebut, istri dan keturunan yang bisa menenangkan hati sebanding dengan usaha kita untuk bersabar dan istiqamah. Jadi, bukan sesuatu yang langsung jatuh dari langit. Pertanyaannya? Bisakah saya bersabar dan istiqamah ketika sudah dalam ikatan pernikahan nanti. Mengingat, tidak menikah hanya dengan alasan untuk menjaga ibadah juga dilarang.

Sungguh hanya ALLOH yang mengetahui dengan sebenar-benarnya.

No comments:

Post a Comment