Praktikum E-Business, Ke Mana Arahnya?

Sabtu kemarin, kebetulan saya menjaga ujian e-business. Setelah ujian tersebut, ada seorang mahasiswa yang bertanya kepada saya, "Pak, praktikum E-Business kok seperti praktikum CMS sih pak?" Pertanyaan tersebut cukup melegakan saya, lega karena ternyata ada mahasiswa yang memikirkan juga. Saya sendiri juga mengajar e-business, meskipun mahasiswa ini bukan termasuk mahasiswa yang mengikuti kuliah e-business saya.

Sejak awal kuliah e-business, saya sendiri termasuk yang bingung terhadap praktikumnya. Mau diarahkan ke mana? Tahap I, tentu saja proposal. Saya melihat, banyak sekali proposal mahasiswa saya yang idenya bagus, meskipun penulisan proposalnya masih kurang bagus.

Tahap setelah penerimaan proposal inilah yang saya cukup bingung. Mau diarahkan ke mana? Beberapa proposal bisnis dari mahasiswa yang mereka tulis dengan indah itu, menurut saya, ada yang tidak bisa diimplementasikan dengan CMS yang ada, dan sepertinya mereka harus membuat program sendiri. Jika membuat sendiri, tentu beban praktikum menjadi berbeda antara satu proposal dengan proposal yang lain, dan akan cenderung menjadi Praktikum Pemrograman Berbasis Web.

Sebenarnya, bisa saja saya cegah pada tahap proposal dengan mengarahkan proposal e-business mereka ke arah jual beli. Pertanyaannya, bukankah ini akan membunuh kreativitas mereka? Berapa banyak sudah lulusan siswa SMA yang tahu rumus phytagoras tapi harus merobohkan pohon untuk mengukur tingginya, karena terbunuh kreativitasnya? Berapa banyak yang menggambar, yang digambar dua buah gunung di tengahnya ada matahari, ada jalan, ada burung, kanan kiri sawah?

Jujur saja, saya bingung untuk masalah ini. Antara kreativitas dan standarisasi nilai? Ada saran?