Wednesday, January 16, 2008

Kematian Yang Tampak Menyenangkan

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

Saat itu, Ahad 13 Januari, setengah jam sebelum Subuh. Orang-orang berkerumun mengelilingi sesosok mayat yang berada 5 meter sebelah selatan dari Masjid al-Kahfi. Kalau saja sebelah utara, pastilah berada tepat di depan rumahku. Nama orang itu Pak Senen.

Setengah jam sebelumnya, jam 3 pagi, seperti biasa, Pak Senen berangkat ke masjid. Beliau memang orang yang paling sering datang subuh pertama kali. Menurut penjual pecel di depan rumahku, yang buka mulai jam 10an malam sampai 3 pagi, beliau melihat Pak Senin duduk. Ingat! Duduk. Bukan jatuh tersungkur. Setelah setengah jam, melihat Pak Senen, Pak Penjual Pecel itu pun bertanya-tanya, dan akhirnya mendatangi Pak Senen, yang akhirnya diketahui sudah meninggal dunia.

Kamis sebelumnya, ketika kajian, Pak Senen sempat bercerita, kalau akhir-akhir ini memang penyakit jantungnya lagi kumat. Sungguh dia termasuk orang miskin, belum lagi ditimpa istrinya juga yang sakit. Namun Pak Senen, masih sabar merawat istrinya.

Melihat kematian Pak Senen yang tidak merepotkan sama sekali. Penduduk sekampung sangat iri. Begitu pula aku saat ini.

Bisakah aku mati seperti itu? Sebuah kematian yang tidak menyusahkan orang-orang di sekitarku. Sebuah kematian yang tenang. Bisa mengambil posisi terlebih dahulu. Semoga ALLOH memberikan tempat yang terbaik untuk Pak Senen.

No comments:

Post a Comment