Friday, December 16, 2011

Masih Layakkah? (Edisi Takut Hantu)

Ketika seseorang berbicara etika orang lain dalam suatu kasus yang sama di mana dia mendapat kecelakaan akibat etikanya sendiri, masih layakkah ia?

FLASHBACK

Kejadian yang ramai diberitakan di banyak media akhir-akhir ini mengingatkan saya akan kenangan masa lalu saya di Masjid al-Kahfi. Di Masjid tempat saya dibesarkan itu, ada semacam pengkaderan yang dilakukan dengan menginap di masjid bagi anak-anak yang sudah berada di kisaran SD naik ke SMP. Pengkaderan ini tidak rutin dilakukan setiap tahun, 3-4 tahun sekali.

Salah satu materinya adalah, "Jangan Takut Setan". Pada materi itu, anak-anak kecil itu diajak ke kuburan, berkelompok tiga-tiga, keliling kuburan sambil diawasi yang dewasa dari kejauhan. Setelah itu diajak kembali ke Masjid. Saat itu, di Masjid ada sebuah jalan yang berbentuk gang kecil menuju mihrab imam. Kami arahkan per kelompok tersebut melewati gang kecil tersebut. Perlu diketahui, gang itu milik masjid, dan kanan-kirinya tiada pintu tiada jendela hingga ujung jalan yang merupakan pintu ke tempat Mihrab Imam berada. Tempat itu memang tidak dilalui orang, dipilih karena berbahaya kalau dilihat oleh orang yang jantungan.

Di tempat itu, seseorang sudah ada yang menunggu menjadi pocong. Waktu itu giliran seorang anak bernama Ibnu, bersama 2 temannya masuk ke gang tersebut. Ketika sudah mendekati ujung gang, si pocong itu baru terlihat. Teman-temannya lari, namun yang dilakukan Ibnu adalah menendang perut si pocong kemudian lari. Tentu melihat kejadian tersebut kami tertawa geli, baru kali ini ada kejadian seperti itu.

Setelah proses terjadi, kami berdiskusi tentang hikmah yang terjadi. Hantu itu tidak ada. Dan ketika kami bertanya tentang mengapa si Ibnu melakukan itu, supaya larinya lebih jauh katanya. Dia sendiri takut sebenarnya.

Kami sebagai panitia, tidak perlu meminta agar si Ibnu meminta maaf, karena tujuan kami memang agar mereka tidak takut hantu.


MASA KINI

Ada kejadian yang sama, dengan tujuan iseng, pelaku iseng malah menuntut orang yang kebetulan terlibat iseng tersebut. Sebuah kejadian aneh. Meskipun saya sendiri melihat yang diisengi tersebut sebagai orang dewasa yang seharusnya tidak takut hantu. Tapi kalau memang orang itu percaya hantu, mau diapakan lagi?

4 comments:

  1. Pembelajaran ke anak2, tidak perlu takut setan dan sejenisnya, bukan kyk di TV, mendidik takut sama setan dan sejenisnya :D

    ReplyDelete
  2. "...mengapa si Ibnu melakukan itu, supaya larinya lebih jauh katanya." Hahaha lucu banget, besarnya pasti jadi pak Satpam :)

    ReplyDelete
  3. Mantap tuh si Ibnu :D
    Emang gitu mustinya. Setakut2nya, hajar dulu baru kabur :p

    ReplyDelete
  4. Asal waktu menakutinya jangan di kuburan, nanto menabrak nisan

    ReplyDelete