Bismillah ar-Rahman ar-Rahim
Lagi-lagi, posting yang terinspirasi oleh posting yang lain , padahal posting sebelumnya belum selesai.
Melihat posting tersebut, saya jadi teringat ketika saya SMA sampai kuliah semester awal, di mana saya sering bertemu aktivis Islam muda di SMA dan kampus. Inilah kutipan yang sering saya dengar, "Rasulullah adalah suri tauladan yang paling baik", ketika muncul di forum resmi. Namun, sayangnya, ketika berdiskusi yang muncul adalah nama-nama semacam Amien Rais, Hidayat Nur Wachid, Anis Matta, dan A'Agym. Begitu pula kutipan-kutipan yang sering mereka jadikan pedoman hidup. Dengan hormat, tanpa mendiskreditkan kemampuan para tokoh tersebut, mereka tampaknya lebih dicintai daripada Rasulullah sehingga perkataan rekan-rekan terasa hanya di bibir di telingaku.
Ketidak-puasan menghinggapiku, aku pun menghindar dari rekan-rekanku saat itu, dan lebih banyak belajar Tafsir al-Qur'an dan Hadits ke Ustadz Soekamto dan Ustadz Sumardi. Sebuah pembelajaran yang membosankan, cuma 2 ayat dan 1 hadits per minggu.
Namun di situlah aku banyak termotivasi oleh al-Qur'an dan as-Sunnah, yang tidak hanya mencakup pembelajaran fiqih agama, juga fiqih hidup.
Sebagai misal, kalimat "Jangan sok suci, urusi keluargamu dulu", maka saya mengambil hikmah dari nabi Nuh dan nabi Sholeh di mana kelurga mereka durhaka. Tapi apakah itu berarti melarang mereka berdakwah?
Jika ada masalah yang sangat menyedihkan hati, aku pun membaca surat Yusuf di mana ada kisah nabi Yusuf yang dibuang ke sumur oleh saudaranya dan dijadikan budak lalu dipenjara selama bertahun-tahun, atau Nabi Ayyub yang terkena penyakit kulit sampai gak sembuh-sembuh selama bertahun-tahun; lebih berat mana cobaanku dengan cobaan nabi Yusuf dan nabi Ayyub?
Masih banyak lagi yang saya baca selain dari Al-Qur'an dan tentunya as-Sunnah sebagai bahan pembelajaran.
Alhamdulillah, untung saja Rasulullah adalah motivatorku. Bandingankan apabila saya mengambil motivator dari kalimat-kalimat bukan al-Qur'an dan as-Sunnah namun dari orang-orang yang ditokohkan semacam comment tersebut , mungkin aku sudah mati bunuh diri sejak dulu. Gimana lagi, yang dikatakan, "Orang2 besar selalu memiliki semangat yang terkekang yang dibawa dari lahir.". Bayangkan, DARI LAHIR. Berbeda dengan yang dari al-Qur'an dan as-Sunnah yang mengatakan bahwa KEPRIBADIAN BISA DIBIASAKAN. Bahkan sebelum Steven Covey mengatakannya, Rasulullah sudah memotivasi untuk istiqamah dengan amal kita. Tapi apa daya, al-Qur'an dan as-Sunnah ditinggalkan, perkataan orang lain yang dianut.
Jadi, benarkah Rasulullah suri tauladan kita? Saya sendiri belum bisa menauladani beliau, bahkan sepersepuluhnya pun belum, tapi saya ingin menjadikan apa yang beliau lakukan saat susah sebagai jawaban saat saya susah. Namun, saat gembira, tampaknya tiba-tiba saja terlupa ajarannya. Ya ALLOH ampunilah aku untuk mengambil sebagaian dan melalaikan bagian yang lain.
Oleh:
Ali Sofyan Kholimi
No comments:
Post a Comment