Friday, December 16, 2011

Jilbab vs Akhlak


Bismillah ar-Rahman ar-Rahim.

"Hatinya dulu di jilbab in, baru pakaiannya".
"Berjilbab tapi akhlaknya jelek."

Barangkali kita sering mendengar kedua kalimat di atas, maupun kalimat-kalimat sejenis, yang menghubungkan antara permasalahan jilbab dan akhlak. Permasalahannya adalah, benarkah seseorang yang berjilbab harus berakhlak baik.

Ada analogi yang baik mengenai permasalahan ini. Yakni, ketika kita mendapat ujian, dengan beberapa soal misalnya. Katakanlah 10 (sepuluh) soal. Maka, apabila kita tidak atau tidak mau atau tidak bisa mengerjakan salah satu soal, maka kita hanya akan mendapatkan nilai 9 dari 10 soal tersebut.

Hal ini bisa diperjelas dengan adanya hadits yang menyatakan seseorang itu masuk neraka, karena selalu menyakiti tetangganya, meskipun orang itu ibadahnya kuat. Pertanyaannya, apakah orang ini harus baik dulu, baru sholat? Tentu tidak, karena jika dibalik, gak pernah sholat karena ingkar, meskipun baik pada tetangga juga bisa masuk neraka.

Begitu pula hubungan antara jilbab dengan sikap baik. Keduanya sebenarnya termasuk dalam akhlak. Satunya akhlak berpakaian, satunya akhlak dalam bersikap. Tentu saja keduanya tidak berhubungan, mengerjakan yang satu bukan berarti dengan syarat sudah mengerjakan yang lain terlebih dahulu.

Seperti halnya ujian, anda bisa mengerjakan nomor mana saja yang lebih dahulu, yang menurut anda lebih mudah. Dan dalam ujian, setiap nomor yang anda kerjakan tetap mendapat point. Mungkin, satu-satunya perbedaan antara ujian dan konsepsi pelaksanaan perintah ALLOH dalam agama Islam, bahwa semua penilaian ujian tadi baru dinyatak sah sebagai suatu nilai ujian setelah anda meyakini kalimat LAA ILAAHA ILLA ALLOH

Permasalahannya sekarang, lebih sulit mana, menata sikap ataukah memakai jilbab? Dari sudut pandang saya pribadi, tentu saja tampaknya lebih mudah memakai jilbab. Jadi, mengapa tidak mulai dari sekarang? Kerjakan yang lebih mudah dahulu.

Wallahu 'alam.

No comments:

Post a Comment