Sabtu kemarin, UMM mengadakan kajian untuk karyawan di UMM Dome setelah dhuhur. Menurut undangan, pembicaranya adalah Bapak Haedhar Nashir dari PP Muhammadiyah. Sesampainya saya di dalam dome, saya terheran, karena ada spanduk yang terbentang yang menyatakan pembicaranya adalah Syaikh as-Suraim, Imam Besar masjidil Haram.
Saya sendiri sudah tahu, kalau ada kajian dari Syaikh as-Suraim di Masjid AR Fachruddin UMM, sebelum dhuhur, bahkan saya sangat ingin sekali menghadirinya, namun karena ada beberapa hal, akhirnya saya tidak bisa ikut. Jadi, ketika melihat spanduk itu bingung juga, lho acaranya tadi di Masjid atau di Dome ya.
Saya baru mulai ngeh, ketika acara dimulai. Ternyata, Syaikh as-Suraim juga ikut mengisi kajian itu. Jadi, setelah beliau mengisi kajian di Masjid AR Fachruddin. Subhanallah wal hamdulillah. Akhirnya, bisa juga berjumpa dengan beliau dan mendengarkan tausiyah dari beliau.
Tausiyah yang diberikan Syaikh as-Suraim sebenarnya singkat, dan saya paham benar, karena itu materi Kemuhammadiyahan dasar. :D Beliau membuka tausiyah, dengan bercerita ketika datang ke UMM, beliau bertanya mengapa diberi nama Muhammadiyah? Jawaban seseorang yang beliau tanya adalah bahwa nama tersebut dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang berarti pengikut Nabi Muhammad.
Mendengar jawaban tersebut, beliau memulai tausiyah tentang konsekuensi nama Muhammadiyah tersebut. Mendengar tausiyah beliau, saya teringat akan guru Kemuhammadiyah saya, Pak Kuswiyanto. Sebenarnya sejak SMP saya sekolah di Muhammadiyah, tapi entah mengapa, materi Kemuhammadiyahan dari Pak Kuswiyanto-lah yang paling masuk ke dalam hati. :)
Meskipun Syaikh as-Suraim bukanlah orang Muhammadiyah, dalam artian secara organisasi, bukan secara makna, tapi tampaknya beliau sangat memahami makna yang terkandung dalam pemilihan nama tersebut. Jadi benarkah kata Shakespeare, "Apalah arti sebuah nama?" Saya kira, perkataan pujangga besar itu salah, karena nama menunjukkan identitas dan tujuan.
Isi tausiyah dari Syaik as-Suraim mengingatkan bahwa sebagai konsekuensi nama Muhammadiyah, maka orang-orang yang ada dalam organisasi Muhammadiyah, haruslah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan, dengan mengikuti segala petunjuk dari beliau.
Setelah Tausiyah dari Syaikh as-Suraim, Bapak Rektor UMM Muhadjir Effendy, yang juga mendampingi Syaikh as-Suraim di depan, mengucapkan terima kasih atas tausiyahnya, karena mengingatkan kembali makna kata Muhammadiyah, dan semangat yang terkandung di dalamnya, yang beliau sendiri juga sering lupa. Saya sendiri harus mengakui, saya juga sering lupa mengenai semangat dari makna nama Muhammadiyah.
Kemudian setelah Syaikh as-Suraim meninggalkan dome, acara dilanjutkan dengan tausiyah dari PP Muhammadiyah, dalam hal ini oleh Bapak Haedar Nashir. Dalam tausiyah yang disampaikan oleh Bapak Haedar Nashir, beliau menyampaikan bahwa betapapun sibuknya kita, jangan lupakan tujuan dan makna hidup kita yang diajarkan Islam, karena jika tujuan kita harta, ketahuilah harta itu bisa hilang.
Beliau juga menjelaskan, kalau di Indonesia, sangat banyak orang pandai, tapi pada kenyataannya, tujuan hidup mereka sudah sangat materi, sehingga hal inilah yang menyebabkan Indonesia susah maju.
No comments:
Post a Comment