Membaca Bismillah, Meningkatkan Semangat Kuliah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sesungguhnya ALLOH memerintahkan kita, umat Islam, untuk membaca bacaan بِسْمِ اللَّهِ ketika memulai sesuatu pekerjaan, diantaranya ketika kita memulai belajar atau kuliah. Namun sepertinya perintah ini tidak mempunyai makna apa-apa bagi kita.

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan perintah tersebut tidak mempunyai makna sama sekali bagi kita, umat Islam. Pertama, kita tidak pernah membacanya ketika memulai sesuatu pekerjaan. Kedua, kita tidak pernah mau belajar untuk memahami makna بِسْمِ اللَّهِ tersebut.

Mulai saat ini juga, kita tumbuhkan kebiasaan membaca بِسْمِ اللَّهِ ketika kita akan memulai mengerjakan suatu pekerjaan, semisal ketika akan belajar atau memulai kuliah, karena kebiasaan tidak akan pernah tumbuh jika tidak pernah ditanam dan dipupuk.

Ucapan بِسْمِ اللَّهِ sendiri mempunyai makna yang sangat luas. Dalam ucapan ini, setidaknya ada tiga perintah yang diberikan kepada kita, yakni pengakuan bahwa ALLOH adalah Yang Maha Tinggi / Yang Maha Luhur (الْعَلِيُّ), pengakuan bahwa ALLOH adalah Yang Maha Agung (الْعَظِيمُ), serta pengakuan bahwa ALLOH adalah Tuhan Yang Berhak Disembah (إِلَهُ).

Pengakuan bahwa ALLOH adalah Yang Maha Tinggi / Yang Maha Luhur (الْعَلِيُّ) mempunyai implikasi bahwa kita, sebagai ummat Islam mempunyai tujuan untuk berusaha meraih kemuliaan hidup, serta berperilaku yang mempunyai nilai-nilai keluhuran serta menghindari perilaku yang jauh dari nilai-nilai keluhuran.

Apa itu kemulian hidup dalam kuliah, tentu saja dengan menjadi mahasiswa yang berprestasi, baik prestasi di bidang akademik maupun non akademik, semisal berorganisasi.

Berprestasi di bidang akademik, tidak berarti harus menjadi mahasiswa yang selalu mempunyai rangking tertinggi. Tapi, setidaknya, berdasarkan nilai-nilai umum dalam perkuliahan akademik, seorang mahasiswa harus selalu berusaha untuk mendapatkan nilai-nilai di bidang akademik yang dianggap mengesankan, bukan hanya sekedar baik.

Berprestasi di bidang non-akademik, misal berprestasi dalam bidang organisasi. Apabila kuliah di bidang akademik bisa meningkatkan kecerdasan inteligent, maka organisasi bisa meningkatkan kualitas kecerdasan sosial. Sehingga, bisa dikatakan, berprestasi di bidang non-akademik sama pentingnya dengan prestasi di bidang akademik.

Meraih kemuliaan, juga bisa diraih dengan menjalankan nilai-nilai luhur / akhlak yang sebenarnya sudah tertanam dalam fitrah manusia. Implementasi dari nilai-nilai luhur tersebut akan meningkatkan integritas seorang dihadapan orang lain. Integritas tersebut akan muncul dengan sendirinya berdasarkan pengalaman seseorang untuk menjalankan nilai-nilai luhur tersebut.

Pengakuan bahwa ALLOH adalah Yang Maha Agung (الْعَظِيمُ) dilakukan dengan selalu berusaha mengoreksi diri terhadap apa-apa yang telah kita lakukan, apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai luhur yang ada pada fitrah kita ataukah belum.

Pengakuan bahwa ALLOH adalah Tuhan Yang Berhak Disembah (إِلَهُ) berarti kita adalah Abdinya (عَبْد). Apa itu abdi (عَبْد)? Apabila kita melihat anak panah atau tombak, maka biasanya terdiri dari beberapa bagian. Abdi (عَبْد) adalah ujung anak panah atau tombak yang biasanya terbuat dari logam dan sangat tajam. Seorang Abdi (عَبْد) adalah ujung terdepan pasukan ALLOH. Seorang Abdi (عَبْد) haruslah mempunyai kekuatan fisik dan mental sekuat baja.

Seorang Abdi (عَبْد) haruslah selalu mengasah dirinya sehingga menjadi Abdi (عَبْد) yang sangat tajam. Pengasahan diri dilakukan dengan selalu melatih diri. Baik dengan melatih fisik, yakni dengan berolah raga, maupun dengan melatih pikiran, dengan belajar dan menambah pengalaman sehingga mempunyai kemampuan dalam mengatasi berbagai persoalan umat sebagaimana perannya sebagai pasukan ALLOH.

Jadi sudahkah kalimat بِسْمِ اللَّهِ ini tertanam dalam jiwa kita sebagai etos hidup kita, ummat Islam?


Oleh:
Ali Sofyan Kholimi