Sekedar catatan harian mungkin. Ahad kemarin bisa dikatakan hari yang melelahkan. Pada hari itu ada beberapa jadwal, silaturrahim, belanja, takziyah (tentu saja yang ini tidak direncanakan), dan terakhir acara halal bi halal PCM Dau, Kabupaten Malang. Sebenarnya tidak ada masalah dengan itu semua, kecuali satu, listrik di rumah padam. :D Lho, memang apa pengaruhnya yang satu ini?
Begini ceritanya, gara-gara listrik padam sejak pagi, hape saya kehabisan energi di batterai-nya. Nah, di situlah cerita ini bermula. Saat itu, sesudah Ashar, waktunya mendatangi undangan halal bi halal PCM Dau. Ada permasalahan, saya bukanlah orang yang mengenal seluk beluk Malang dengan baik, satu-satunya yang saya ingat, Kucur itu berada di atas jika melewati jalan yang menuju Pondok ar-Rahmah Putri, yang tentunya saya dapatkan dari browsing di Google Map sehari sebelumnya.
Sebenarnya Kucur itu relatif lebih dekat dengan tempat saya tinggal saya saat ini, dibandingkan dengan Gondanglegi yang pernah saya datangi dengan waktu tempuh 4 jam hanya gara-gara Navitel saya memberi petunjuk arah jalan yang mudah tapi muter lewat mana-mana, padahal bisa ditempuh dalam waktu 1-2 jam saja.
OK, kembali ke misi perjalanan ke Kucur. Jam menunjukkan ke angka 4. Jam 4 sore. Akhirnya saya nekat berangkat, sambil pamit ke istri. Sekali lagi, hape saya mati. Satu-satunya jalan adalah saya berhenti di perempatan menuju jalan ke Pondok Pesantren ar-Rahmah Putri. Di situ saya tanya ke seseorang tentang arah ke Kucur. Yang ditanyai juga agak kaget. "Masih jauh Mas." Saya jawab, "Gak pa pa." Akhirnya ditunjukkan ke arah yang saya ingat memang sesuai dengan survei ke Google Map sehari sebelumnya. Namun tentunya detailnya masih susah, oleh sebab itu, setiap ada persimpangan, saya pasti berhenti dan bertanya di persimpangan tersebut.
Walaupun aktivitas berhenti di setiap persimpangan ini membuat perjalanan semakin lambat, tapi bisa dikatakan relatif lancar, hingga akhirnya menuju suatu jalan yang tidak beraspal dan masih berbatu. Di sinilah saya menjalankan motor saya dengan mengucapkan banyak-banyak istighfar. Yup, motor lama saya yang sudah saya miliki sejak jaman kuliah ini, dan memiliki latar belakang sejarah panjang hingga masa SMA saya ini memang bukanlah motor yang cukup fit dalam kondisi jalan seperti itu. Saya ada motor lain, jenis matic, tapi entah kenapa motor ini masih melekat di hati. :D Beberapa kali saya didahului oleh motor lain yang kalau bukan motor matic maka pastilah itu motor trail. Setiap kali mendahului, dalam beberapa detik mereka hilang dalam pandangan. Bisa saja saya ngebut, tapi rem depan saya cukup keras, sehingga susah di rem.
Saya tidak tahu berapa lama melewati jalan yang tidak rata ini, tapi gelap sudah datang. Yup Maghrib telah datang. Alhamdulillah tiba-tiba ketemu persimpangan yang keduanya sama-sama mulus jalannya. Tapi Maghrib telah tiba. Agak jauh sepertinya terlihat suatu toko kecil, saya tanya ke Toko tersebut, Kucur di mana? Ternyata saya sudah sampai Kucur. Alhamdulillah. Lalu saya lanjutkan tanya di mana Masjid Khadijah? Bapaknya pun menunjukkan arahnya.
Dari toko tersebut, masih ada dua persimpangan lagi, dan saya beruntung di setiap persimpangan tersebut, ada toko kecil yang bisa ditanyai. Alhamdulillah, sampailah saya di Masjid Khadijah, tepat setelah peserta halal bi halal selesai sholat Maghrib dan mau pulang. :D Saya langsung ambil wudhu dan sholat Maghrib sendiri, kemudian duduk melepas lelah. Alhamdulillah dapat kue. Melihat ada beberapa teman yang mau pulang dan saya tahu rumahnya mendekati arah rumah saya, akhirnya saya menguatkan diri untuk pulang, daripada tidak tahu jalan lagi. :D
Sekarang cerita tentang pulangnya, terjadi sekali lagi, karena saya tidak berani ngebut, teman yang saya buntuti segera menghilang dari pandangan. :D Alhamdulillah, saya sampai di suatu papan yang menunjuk ke dua arah, satunya menuju Dieng, satunya menuju Dau. Saya menuju Dau, yang sekali lagi saya benar-benar buta arah. Berjalan jauh, masih belum ada tanda-tanda papan penunjuk arah, padahal beberapa persimpangan terlewati, hingga muncul tulisan Sengkaling. Masuk ke situ, berjalan beberapa lama hingga bertemu persimpangan lagi. Alhamdulillah, ini adalah jalan yang sudah saya ketahui, dan sudah beberapa kali melewatinya. Saya pun bisa menuju rumah dengan yakin. Akhirnya saya sampai di rumah sekitar 5 menit sebelum Isya'.
Akhir cerita, keesokan harinya kaki saya kram semua, mungkin akibat melewati jalan yang masih belum diaspal itu. Terpikir oleh saya, pasti susah sekali jadi Bupati Malang, semua infrastruktur yang mudah pasti melewati kota Malang.
No comments:
Post a Comment