Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa seseorang itu dikatakan mencintai jika dia mencintai seseorang tanpa alasan. Bagi saya, cinta itu harus ada alasan.
Kita lebih mencintai anak kita daripada anak tetangga kita, alasannya adalah itu anak kita. Kita lebih mencintai orang tua kita lebih dari orang tua yang lain karena itu adalah orang tua kita. Kita lebih mencintai istri kita lebih dari wanita lain karena itu adalah istri kita.
Bagaimana dengan memilih istri? Memilih istri itu bukan masalah cinta. Tapi lebih seperti permasalahan falsafah memilih pohon tertinggi dalam
satu perjalanan tanpa boleh kembali. Cinta itu tumbuh setelah dia menjadi istri kita.
Cinta itu bagaikan iman. Bisa menebal serta menipis. Sebagaimana cinta kita kepada ALLOH. Sebuah hal yang tampak tidak berhubungan. Cinta bisa menipis, kala kita melupakan hal-hal yang membuat kita cinta, atau alasan-alasan untuk tidak mencintai lebih besar daripada alasan-alasan untuk mencintai.
No comments:
Post a Comment