Monday, May 30, 2016

Gengsi

Sabtu kemarin adalah hari wisuda di sebuah kampus. Sekelompok mahasiswa berbincang-bincang membicarakan tentang trophy macam apa yang ingin diberikan kepada teman-temannya yang lulus tersebut, Hasil pembicaraan, belikan nasi bungkus, diberi pita dan kartu ucapan selamat. Orang-orang di sekitar pun memperhatikan dan mentertawakan.

Di saat  tren yang muncul saat ini adalah pemberian bunga serta memberikan balon dengan huruf-huruf yang mewakili gelar, maka kado kecil ini mungkin merupakan kado terbaik. Tidak terlupakan walaupun langsung habis dimakan karena lapar. Nasi bungkus itu adalah ikatan persahabatan yang ada di antara mereka. Tidak abadi memang, tapi bukan sebuah kepalsuan.

Kembali ke wisuda periode sebelumnya, terlihat ada seorang mahasiswa, yang membawa bunga-bunga dan lain sebagainya. Sendirian dan terlihat kelelahan berjalan. Terkadang muncul pertanyaan. Apakah bunga-bunga itu yang penting, ataukah teman yang menemani dalam perjalanan itu yang penting?

Gengsi menyebabkan kita malu memberi sesuatu yang mungkin terlihat murahan, tapi sebenarnya pemberian itulah yang memperlihatkan ikatan emosional yang tidak tampak tersebut. Gengsi menyebabkan kita memalsukan atribut-atribut yang kita sandang, agar orang lain memandang kita lebih dari apa yang kita miliki.

1 comment:

  1. sepertinya ini behind the scene di wisudaku dulu ya pak, wkwk. dilema saat wisuda adalah datangnya anggota keluarga yg melebihi ekspektasi (udah sepuh, dari jauh, dan dikira gak datang). akhirnya gak bisa nyamperin temen2 krn harus balik ke hotel duluan. dan serah terima nasi bungkus baru bisa dilakukan pas sore di lab, dimana temen2 udah banyak yg pulang dan nasiku udah hampir basi :(

    ReplyDelete