Aku pun duduk di depannya. Dia pun curhat, namun pikiranku tidak fokus.
Aku pun menyela, "Selebaranmu?" Sambil menunjuk selebaran di meja antara kami berdua.
"Bukan Pak, dari tadi ada," jawabnya.
Akhirnya acara curhat pun diteruskan, dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Selebaran itu simpel, sebuah ajakan untuk masuk sebuah organisasi mahasiswa.
"Ikutilah organisasi ini."Saya cukup miris juga, ada selebaran seperti ini di kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Pertama, selebaran ini seolah-olah mengatakan, NU dan Muhammadiyah bukan Islam, hanya organisasi itu yang Islam. Kedua, membandingkan NU dan Muhammadiyah dengan Islam, seolah-olah kedua organisasi itu agama tersendiri.
"Tidak ada NU."
"Tidak ada Muhammadiyah."
"Hanya Islam."
Ketiga, selebaran dari organisasi mahasiswa itu mengadu NU dan Muhammadiyah seolah kedua organisasi itu penuh masalah. Tidakkah organisasi itu, selaku organisasi pengedar selebaran itu, melihat ketika Pak Hasyim Muzadi selaku ketua NU dulu dan Pak Din Syamsuddin selaku ketua Muhammadiyah dulu bekerjasama? Bukankah tidak elok, organisasi itu, di tengah-tengah lingkungan Muhammadiyah, mengadu antara NU dan Muhammadiyah. Orang-orang seperti mereka, pembuat dan pengedar selebaran itulah yang sebenarnya memecah umat Islam.
Keempat, jika mereka menganggap perbedaan organisasi sebagai pemecah persatuan, bukankah organisasi mereka kembali memecah umat Islam? Jika mereka beranggapan organisasi sebagai pemecah persatuan, bukankah mereka memecah diri dengan membuat organisasi sendiri?
Kelima. Lupakah mereka, kalau kader organisasi itu di DPR barusan mengatakan, "Mentawai itu kan pulau. Jauh itu. Pulau kesapu dengan tsunami, ombak besar, konsekuensi kita tinggal di pulaulah," yang sangat menyakitkan hati rakyat? Lupakah mereka, penghuni senayan saat ini mayoritas adalah alumni mereka? Lupakah mereka, kader-kader JIL adalah alumni mereka? (Secara pribadi, saya bahkan berani mengatakan, JIL dan NU itu tidak ada hubungan, tapi JIL itu hubungannya dengan HMI, organisasi yang saya bicarakan saat ini, sayangnya yang kena "awu anget" itu NU.) Bagaimana hasilnya? Apakah mereka terkena penyakit lupa dan pikun?
قَالُوا إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ ۚ قَالَ أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا ۖ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ
Mereka berkata: "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu". Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya): "Kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu".Apa sih Muhammadiyah bagi kader Muhammadiyah? Muhammadiyah itu hanya sebuah organisasi, tidak lebih, bukan sebuah agama. Dalam sebuah kaidah fiqih, "hal yang menyebabkan kewajiban itu tidak bisa terlaksana karena tidak ada, maka hal itu wajib diadakan terlebih dahulu." Apa itu kewajiban yang dimaksud?
[QS. Yusuf (12): 77]
Kewajiban yang dimaksud adalah mewujudkan masyarakat Islam yang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Kalau hanya menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk diri sendiri, InsyaALLOH itu mudah. Tapi kalau di level masyarakat, maka diperlukan sebuah organisasi. Makanya organisasi itu menjadi wajib, tapi organisasi itu bukan agama.
"Sesungguhnya do'a orang yang teraniaya itu mudah dikabulkan."
Akhir kata, saya hanya mendoakan, agar kader-kader Muhammadiyah yang istiqomah, bukan kader yang hanya menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan untuk mendapatkan kekuasaan, Alloh menjadikan mereka sebagai kader yang Mu'min, bahkan Muttaqin, bukan hanya sekedar Muslim (Islam).
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah Islam', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
[QS. al-Hujurat [49]: 14
No comments:
Post a Comment